Sunset & Rosie – Tere Liye

1st May, 2018

 

My reading journey reached Tere Liye in Sunset & Rosie. Buku lama, one of best seller from Tere Liye, yet it was my first one from Tere Liye.

I was looking at cetakan ke XXII ini di tumpukan buku best seller di Gramedia di Bali beberapa hari yang lalu and thinking, maybe this is the right time for me to know Tere Liye. Only yesterday I started to read this book and I finished it at the same day; amazing untuk ukuran aku. But why did I read so fast?

Sebelum menjawab pertanyaan itu, aku kasih tau dulu kenapa aku tertarik baca buku ini. Selain nama Tere Liye and tulisan ‘Best Seller’ yang ada di cover ujung buku, synopsisnya tu menarik. Ada kalimat:

“Dalam hidup ini, ada banyak sekali pertanyaan tentang perasaan yang tidak pernah terjawab. Sayangnya, novel ini juga tidak bisa memberikan jawaban pasti atas pertanyaan-pertanyaan itu. Novel ini ditulis hanya untuk menyediakan pengertian yang berbeda,…”

For me its deep, “..novel ini juga tidak bisa memberikan jawaban pasti..“. According to me it sounds so honest and humble; aku suka jadinya. “..pengertian yang berbeda” = perspektif yang berbeda = different view = different angle; I like it. So that’s it, I decided to put this book into my shopping bag.

Why did I read this book so fast? Setelah baca first chapter buku ini, aku kaget karena buku ini background ceritanya berlokasi hampir sama dengan perjalanan hidup aku selama ini; Lombok, Bali, Bandung, Jakarta. Bisa dibilang di lokasi-lokasi itu aku banyak banget dapet pembelajaran hidup. Jadi apa yang diilustrasikan oleh Tere Liye mengenai tempat-tempat ini sebagai pendukung cerita, ngena banget di aku; I felt closely related.

Ini juga menceritakan tentang sebuah persahabatan, a beautiful childhood friendship yang di alami kedua tokoh Rosie dan Tegar sampai mereka beranjak dewasa. Guess what? I have my very best friend to, my soul mate since I was a little until now. So again, I got touched more personal to the story.

Spoiler alerts: Si Tegar tu emang dodol, udah segitunya sama si Rosie, masih belom ngerti kalo itu tu sayang yang ‘ngga biasa’. Si Rosie juga sama aja lagi, heran.. (emosi aku tu…)

Anyway,…. Cerita ini dari awal aku baca udah kerasa sangat menyentuh hati. Mungkin karena beberapa kesamaan yang ada, jadi dari awal I already made it personal, baper gitu. Ceritanya berlanjut sedih, sedih perih banget… Ceritanya mengenai Rosie yang kehilangan suaminya karena musibah bom di Jimbaran. Diceritain mengenai anak anaknya yang masih kecil… Beberapa kali ngerasa ko kayaknya mata ini kaya yang berkaca kaca, sesek gitu. Overall diseluruh cerita ini, I can feel love, pure love. A deep unconditional love; beautiful.

What I really appreciated was that I finally learned a lot from this book. I learned to love, that we have to have the courage to feel that love, to understand it, to own the feelings. Learned, that candles burnt themselves to shine others. Belajar, bahwa kesempatan itu tangan kita yang buat, bukan suratan takdir semata. Belajar, untuk berserah diri kepada sang Pencipta. Ketika kita memutuskan untuk menyerahkan semua kepada sang Pencipta, berdoalah agar kita diberi kekuatan, diberi pengetahuan untuk memahami segala pertanda yang diberikan-Nya. Buku ini juga memberitahuku untuk belajar berdamai dengan masa lalu kita, masa kini dan segala keputusan yang telah kita buat; agar tidak ada penyesalan nantinya.

Nothing else I can say about this book, except to get it, feel it and learned from it. Good luck..



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *