My Body, My 40 Years; How Your Body Changes After 40

So, this year I turned 40th. Despite many people said that being 40 is when you reached the gate of being ‘old’, I am very grateful that on my 40th I don’t have any major complained regarding my health, my looked and my life in general. But all turns differently when I started living my mid 40th. Let me tell you why..

I will have to continue my story in Bahasa Indonesia as what I’m going to tell is more relatable to the live of Indonesian Woman in general. So, Ibu-ibu, Emak-emak sekalian yang seumuran dengan saya, let me tell you my story.

Jadi, udah pada baca belom tulisan aku sebelumnya soal aku pindahan ke Sorong? Kalo belom ini link nya baca dulu. Pindah ke Sorong, Papua Barat Daya

Nah di Sorong, aku kan ikut Pak Suami pindah kerja. Kebetulan suami aku kerja di Hotel, jadi kita semua tinggal di Hotel juga. Sementara, kita harus tinggal di Hotel room yang dimana mobilitas terbatas. Aku belom bisa masak and kamar juga masih dibersiin sama petugas kamar. Walaupun ini terdengar menyenangkan, ga usah beberes, ga usah masak, tapi disini letak masalah pertama. Aku jadi kurang gerak.

Some hurdles happened to my family unfortunately. So, being away from home and see the problems without much I can do about it somehow made me stressed and I didn’t realized how bad my stress level is. Let me tell you, it’s bad.. Aku emang penggemar chips, but.. ga pernah satu bungkus chips itu habis sekali makan. Mungkin karena stress yang tanpa aku sadari itu, tengah malem bisa tiba-tiba pengen chips and ngabisin satu kantong saat itu juga. Aku juga bukan orang yang sering konsumsi mie instant, paling dulu sebulan sekali. Disini, seminggu bahkan bisa 1 – 2 kali.

Sadar sadar, suatu ketika setelah beberapa bulan di Sorong. Pas mau naik tangga, ko’ lutut agak kerasa celekit nyeri. Trus pas turun dari mobil juga kerasa gitu sama. Abis gitu, ketika foto bareng (kebetulan aku paling sebel foto-foto, jadi jarang foto), ko’ aku liat lengan aku gede banget? Abis gitu waktu ngaca full body, setelah diamati dengan kesadaran penuh, perut aku ko’ besar amat. Sekalipun aku ada bekas operasi cesar, ini tu keliatan gede banget asli. Paha juga ya allah…gede banget, pantesan berat. Selama ini baju-baju aku longgar semua soalnya kita kerudungan kan.. jadi aku pikir masih cukup cukup aja ga ada perubahan. Terus, kapan si kita bener bener liat diri sendiri di cermin yang full body? Jarang kan.. Jadi ga begitu keliatan kalo kita gaining weight.

Sebelum aku punya si bungsu yang sekarang umurnya 3 tahun, aku cukup aktif ke gym and lari seminggu sekali. Tapi terus hamil, terus punya bayi, trus covid, kegiatan olahraga itu terhenti sampe aku pindah ke Sorong. Di Sorong, aku belom punya timbangan, setelah melihat gejala-gejala yang ada, akhirnya beli lah aku timbangan and ternyata aku beratnya mencapai 60kgs. (Pantesan berat banget rasanya bawa diri..)

Tinggi aku 157cm. Selama puluhan tahun hidup aku, beratku stabil di 53 kgs. Badan aku bukan badan atlit, bukan perut rata. Tapi selama fat percentage, BMI rate and Muscle rate masih di angka rata-rata normal, and ga ada keluhan, aku si happy happy aja. So now disaat badanku nyampe ke titik 60kgs, lumayan shock si.. Ini tu jelas-jelas 60kgs full of fat, not muscles.

Karena aku belom pernah di angka berat badan segini, aku coba coba lah olahraga sebagaimana aku biasa olahraga dulu. Ibu-ibu… Sis.. berat banget sampe pengen nangis. Dulu aku bisa 4 keliling lapangan bola dalam waktu 15 menit. Sekarang, 1 x setengah lapang aja udah kepengen muntah. Baru ngerti arti paha, pantat berat tu kaya gimana maksudnya. Trus, ceritanya mau peregangan, trus mau cium lutut aja kehalangan perut kita dong..  pengen nangis rasanya.

Langsung lah aku mulai persiapan untuk mulai rutinitas olahraga lagi. Pertama yang paling penting, beli timbangan. Trus beli dumbbell, beli matras, sepatu olahraga, mini stepper, pokonya semua alat-alat yang bisa aku pake disesuaikan dengan keadaan aku sekarang ini. Olahraga di kamar aja and ga bisa ke gym karena ga bisa niggalin si kecil.

Mulai lah aku berolahraga. Aku kasih tau ya.. mulai lagi olahraga dari nol di umur segini tu bener-bener menggoda iman. Asli susah banget, berat. Ngangkat diri ini aja udah berat. Kita juga dah gampang cape. Soal olah raga ini aku bakalan tulis lagi terpisah ya.. Semacam ‘My Workout Diary’ gitu. But let me tell you, emang berat. Tapi kudu tetep semangat!

Dulu, kurangin makan sedikit aja, atur makanan dikit, olahraga sedikit, seminggu dah bisa turun beberapa kilo. Sekarang, di umur segini, ga bisa dong… ga turun-turun.. Gila… ini dimana pikirku salahnya ya.. Mulai lah aku baca-baca and baru lah aku ngerti beberapa hal mengenai tubuh kita ini di umur 40. Aku baca dari banyak articles and aku mencoba untuk merangkum dibawah ini.

Metabolism Slows Down

We burn less calories as we age and we tend to exercise less, all of which contribute to weight gain and ultimately, gaining fat in the abdominal area.

Loss of Hormones

You will lose estrogen. Your ovaries will reduce the production of this hormone. The reduction will begin at perimenopause and finalize in menopause. The loss of this hormone may decrease metabolism and lead to increased fat storage.

Storage-wise, women tend to store more subcutaneous (soft) fat in the abdominal and thigh area, visceral fat stores will be increased.

All of the above, combined with a gradual decline in muscle mass, tend to increase weight gain in the abdomen and mid sec-section over age 40.

Bone Loss

As you age, you will also lose your bone density. This can result in other serious issues such as osteoporosis. Your muscle mass has a direct relationship with bone density. So, if any of these reduces, be sure that the other will be affected. Jadi, muscle mass gone, bones density ikut gone (kurang lebih seperti itu penjelasannya).

Dari 3 symptoms yang aku sebut diatas, aku si ngerasa semuanya emang sedang terjadi di aku sekarang ini.

Jadi, setelah membaca beberapa kondisi diatas, aku bisa menyimpulkan :

Exercise

Exercise itu untuk menjaga dan meningkatkan muscle mass kita. Muscle mass penting untuk pembakaran lemak dan mengembalikan bone density.

You should try to exercise for 30’ minutes a day. Kalo kata Ade Rai, di usia ini focus more on your strength training add with cardio to burn the fat faster. Kenapa gitu? Karena kita nyapu, ngepel, sibuk masak, jalan ke warung, jalan di mall itu udah termasuk cardio. Nah, kalo lifting weight kita kan jarang.

You Have to Watch Your Diet

Limit trans-fat, refined sugar, sodium and processed foods. Add more lean protein, whole grains, low fat dairy, fruits and vegetables.

Stress Management 

Menurut aku, banyak cara mengenai stress management ini ya. Tergantung sama orangnya. Terserah kamu lah, cari cara yang paling cocok. Staycation, Vacation, Yoga, Breathing Technique, Meditation and so on. Whatever as long as it works. Udah sama-sama gede lah kita..

Intermittent Fasting

Terjemahan sederhananya puasa selang-seling. Hari ini puasa, besok ngga, dan begitu seterusnya. Ini membantu untuk membakar lemak. Sebenernya ya, di Agama Islam kan kita diajarin untuk puasa Senin & Kamis, ternyata ini loh fungsinya.

Ok.. ini aku nulis udah panjang banget. I hope YOU, the one that reading this right now can get a little something out of this. Aku nulis ini bukan maksudnya kita jadi pasrah. Mentang-mentang susah jadi nyerah. Tapi supaya kalian tau, kalo kalian ga sendiri. Supaya lebih ngerti kondisi diri sendiri. Kalo kata Mas Ade Rai lagi, barang antik emang butuh lebih banyak maintenance. Ya anggap aja kita juga sekarang tu lagi di masa-masa antik 😉

Bye now, see you in my next diary..



Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *